Narasi Terbelah: Wajah Keberpihakan Media di Kancah Politik Nasional
Dalam setiap kontestasi politik nasional, media massa berperan krusial sebagai jembatan informasi antara kandidat dan publik. Namun, realitas keberpihakan seringkali tak terhindarkan, membentuk narasi publik dan memengaruhi persepsi pemilih secara signifikan.
Keberpihakan ini bukan tanpa sebab. Kepemilikan media yang terafiliasi politik, ideologi redaksi, hingga tekanan kepentingan ekonomi dapat mendorong penyajian berita yang condong ke satu kubu. Objektivitas seringkali tergeser oleh agenda tersembunyi, baik itu untuk mendukung calon tertentu, menyerang lawan, atau sekadar mempertahankan rating.
Manifestasinya terlihat dari pemilihan isu, framing berita, penonjolan kandidat tertentu, atau bahkan penggiringan opini melalui tajuk rencana dan program bincang-bincang. Akibatnya, informasi yang sampai ke masyarakat menjadi parsial, tidak utuh, dan berpotensi memperdalam polarisasi politik. Ini menantang prinsip media sebagai pilar demokrasi yang independen dan akuntabel.
Menghadapi fenomena ini, kemandirian media adalah kunci. Namun, yang tak kalah penting adalah peran masyarakat sebagai konsumen berita yang cerdas. Verifikasi informasi, bandingkan sumber, dan hindari terjebak dalam satu narasi tunggal. Hanya dengan begitu, informasi dapat menjadi kekuatan pencerah, bukan alat propaganda dalam perebutan kekuasaan.