Koalisi Goyah, Negara Limbung: Ancaman Nyata Stabilitas Pemerintahan
Dalam sistem pemerintahan multipartai, koalisi partai seringkali menjadi tulang punggung pembentukan kabinet yang kuat dan efektif. Namun, rapuhnya atau bahkan gagalnya sebuah koalisi adalah bara dalam sekam yang siap mengguncang stabilitas negara.
Mengapa Koalisi Gagal?
Kegagalan koalisi seringkali berakar pada perbedaan ideologi yang tajam, tarik-ulur kepentingan politik yang tak kunjung usai, hingga ambisi pribadi para elit partai yang melampaui kepentingan bersama. Distribusi kekuasaan yang tidak adil atau ketidaksepahaman dalam isu-isu krusial juga bisa menjadi pemicu keretakan.
Dampak Mengerikan bagi Stabilitas
Dampak langsung kegagalan koalisi mengerikan: pemerintahan menjadi goyah, rentan terhadap mosi tidak percaya, dan kehilangan mayoritas efektif di parlemen. Proses legislasi menjadi lumpuh, kebijakan strategis terhambat, dan keputusan penting tertunda. Akibatnya, kepercayaan publik terhadap pemerintah dan sistem demokrasi pun terkikis tajam.
Dalam skala yang lebih luas, kegagalan koalisi dapat menciptakan iklim ketidakpastian ekonomi, menghambat investasi, dan memperlambat laju pembangunan nasional. Ini juga bisa memicu polarisasi politik dan ketegangan sosial, yang pada akhirnya mengancam persatuan bangsa.
Pentingnya Kematangan Politik
Menjaga soliditas koalisi bukan hanya soal alokasi kekuasaan, melainkan fondasi vital bagi stabilitas pemerintahan dan keberlanjutan pembangunan. Diperlukan kematangan politik, kompromi, dan orientasi pada kepentingan bangsa di atas segalanya untuk menghindari guncangan yang merugikan semua pihak. Kegagalan koalisi adalah alarm keras bagi pentingnya kepemimpinan yang visioner dan kemampuan bekerja sama demi masa depan negara.












