Politik dan Korupsi: Kenapa Sulit Dipisahkan?

Politik dan Korupsi: Belenggu Kekuasaan yang Sulit Diputus

Dua entitas yang seringkali disebut dalam satu napas, Politik dan Korupsi, seolah menjadi pasangan abadi yang sulit dipisahkan. Pertanyaannya, mengapa koneksi ini begitu persisten dan mendalam?

Inti dari politik adalah kekuasaan dan pengelolaan sumber daya publik. Kekuasaan ini, ketika tidak diimbangi pengawasan ketat, rentan disalahgunakan untuk memperkaya diri atau kelompok. Ibarat pisau bermata dua, politik bisa menjadi alat mulia untuk mensejahterakan rakyat, namun juga sarana ampuh untuk menjarah harta negara.

Sistem politik yang lemah, dengan celah regulasi, kurangnya transparansi, dan lembaga penegak hukum yang tumpul, menjadi ladang subur bagi praktik korupsi. Akuntabilitas yang minim memungkinkan para pelaku merasa aman dari konsekuensi, sehingga korupsi dapat berakar dalam birokrasi dan kebijakan publik.

Selain itu, biaya politik yang tinggi, terutama dalam kampanye, seringkali mendorong politisi mencari dana dari sumber-sumber yang tidak transparan, bahkan ilegal. Ini menciptakan lingkaran setan di mana "investasi" tersebut menuntut pengembalian dalam bentuk kebijakan atau proyek yang menguntungkan donatur setelah berkuasa.

Meskipun tampak seperti dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan, bukan berarti Politik dan Korupsi adalah takdir. Pemutusan belenggu ini membutuhkan komitmen kuat terhadap reformasi birokrasi, penegakan hukum yang imparsial, transparansi penuh, serta partisipasi aktif masyarakat dalam mengawasi jalannya kekuasaan. Hanya dengan fondasi yang kokoh inilah, politik dapat kembali pada fitrahnya sebagai alat untuk kesejahteraan rakyat, bebas dari noda korupsi.

Exit mobile version